Joni
(nama samaran), bocah berumur belasan tahun, semangat mengajinya masih
membara. Semua majelis pengajian ia datangi, baik yang sering mengadakan
Maulid Nabi ataupun kepada ustadz yang selalu menakut-nakuti akan
bahaya bid'ah.
Ustadz:
"Saudaraku Joni, aku lihat kamu masih ikut merayakan Maulid Nabi
kemarin. Bukankah sudah kukatakan jika itu bid'ah sebab tidak ada
dalilnya baik dalam al-Quran maupun dalam hadits dan Nabi bersabda
segala bid'ah itu sesat. Jadi kamu itu sesat jika masih menerima Maulid
Nabi. Kuingatkan lagi kamu, jika ajaran itu tidak ada dalilnya sama
sekali baik dari al-Quran maupun al-Hadits maka itu adalah bid'ah dan
itu sesat.
Joni: "Aku ini orang bodoh dan aku hanya ikut-ikutan apa yang dilakukan oleh golonganku, Ustadz."
Ustadz: "Lebih baik kamu belajar padaku agar kau menjadi alim."
Joni:
"Hmmm... baiklah, tapi aku mau belajar baca al-Quran dulu karena aku
sangat ingin bisa membaca al-Quran dengan baik. Aku tahu Ustadz adalah
orang yang pandai membaca al-Quran."
Ustadz: "Oh dengan senang hati, aku akan ajari kamu menjadi yang paling bagus bacaannya diantara golonganmu."
Joni: "Kapan aku bisa mulai belajar, Ustadz?"
Ustadz: "Bagaimana kalau mulai besok tiap sore di majelis ta'limku."
Joni: "Baiklah aku setuju."
Keesokan
harinya si Joni dengan sangat semangat berangkat mengaji. Dalam
pikirannya dia membayangkan suatu hari nanti bisa membaca al-Quran
sebaik si Ustadz. Setelah mengucap salam dan dipersilakan masuk ke ruang
majelis ta'lim oleh si Ustadz, si Joni merasa grogi karena di dalam
majelis tersebut rupanya sudah berkumpul para murid si Ustadz. Kemudian
si Joni bersalaman kepada seluruh murid sekaligus kepada si Ustadz itu
sendiri.
Ustadz: "Silakan duduk, Saudaraku Joni."
Joni kemudian melangkah maju dan duduk di hadapan sang Ustadz.
Ustadz: "Kita mulai pelajaran hari ini dari surat al-Fatihah ya?"
Joni: "Ya, Ustadz."
Ustadz:
"Aku baca dulu suratnya biar kamu punya gambaran seperti apa bacaan
al-Fatihah yang benar itu. Bimillaahirrahmaanirrahiim,
alhamdulillaahirabbil 'aalamiin...dst. sampai waladhdhoooooolliin. Nah
coba sekarang kamu tirukan bacaanku barusan, jika ada kesalahan akan aku
betulkan."
Joni: "Bismillahir... #gugup
Ustadz: "Salah, La-nya itu harus dibaca panjang karena itu bacaan mad thabi'i."
Joni:
"(Duh hebat banget nih Ustadz, dia tahu hukum-hukum bacaan, pasti
beliau juga hafal sampai ke dalilnya mad thabi'i). Bismillaaaahir..."
Ustadz: "Stop, jangan dibaca terlalu panjang, bacaan mad thabi'i itu cukup dibaca dua ketukan atau satu harakat."
Joni: (Subhanallah, beliau juga faham harakat. Pasti dia juga hafal dalil ketukan mad thabi'i). Bismil..."
Ustadz: "Kenapa berhenti? Ayo teruskan!"
Joni:
"Hmmm... anu Ustadz, saya ragu-ragu baca La-nya itu dibaca panjang atau
pendek? Ada yang mengganggu pikiran saya, setelah saya mendengar
penjelasan Ustadz kemarin."
Ustadz: "Apa yang mengganggu pikiranmu?"
Joni:
"Supaya saya mantap dalam belajar membaca al-Quran ini. Boleh saya tau
dalilnya mad thabi'i itu Ustadz? Biar saya tidak keliru atau melakukan
bid'ah seperti kata Ustadz kemarin."
Ustadz: "Ya tidak ada dalilnya."
Joni: "Lhoh kok bisa begitu, dalam al-Quran tidak ada dalilnya?"
Ustadz: "Tidak ada."
Joni: "Dari hadits mungkin, Ustadz?"
Ustadz: "Sama sekali tidak ada."
Joni: "Masa tidak ada dalilnya, Ustadz? Kalau dari para sahabat gitu?" (maksudnya adalah atsar).
Ustadz:
"Kan aku sudah bilang kalau tidak ada ya tidak ada. Yang buat mad
thabi'i itu para ulama, supaya memudahkan kalian belajar ngaji."
Joni:
"Ooow begitu... Terus kenapa Ustadz mengajarkan mad thabi'i kepada saya
yang jelas-jelas tidak ada dalilnya sama sekali? Bukankah Ustadz
kemarin berkata bahwa ajaran yang tidak ada dalilnya baik dari al-Quran
maupun hadits adalah bid'ah dan segala bid'ah itu sesat. Berarti Ustadz
ngajarin ilmu sesat dong ke saya."
Ustadz: "Emmm bukan, bukan begitu maksudnya... Emmm gimana ya, susah menjelaskannya."
Joni: "Ah sudahlah Ustadz, aku tak mau berguru pada orang yang munafik."
Joni berdiri dan hendak beranjak keluar.
Ustadz: "Maksudmu aku seorang munafik?"
Joni:
"Ya, kemarin Ustadz melarang aku untuk merayakan Maulid Nabi yang kata
Ustadz bid'ah karena tak ada dalilnya. Tapi hari ini Ustadz malah
mengajarkan aku sesuatu yang juga tidak ada dalilnya. Apa itu bukan
munafik namanya?"
Lalu
Joni bergegas meninggalkan sang Ustadz tadi yang termangu dan tak
sanggup berkata apa-apa lagi. Dengan serta merta di hadapan seluruh
muridnya si Ustadz bersimpuh lalu bersujud sembari menyesali kesalahan
keyakinannya selama ini. Dalam sujudnya ia pun berdoa: "Ya Allah Yang
Maha Pengampun lagi Maha Kuasa, telah berapa banyak alim ulama
Ahlussunnah wal Jama'ah yang telah kuhadapi selama ini, yang meski
kesemuanya mampu mematahkan argumen-argumenku mengenai masalah bid'ah,
tak satupun dari mereka yang mampu meruntuhkan keyakinanku bahwa semua
bid'ah itu sesat. Hari ini melalui seorang hambaMu yang bodoh lagi lugu
Engkau malah menghancurkan benteng-benteng kesesatan dalam hatiku
ini. Ya Allah benarlah ayatMu yang berbunyi "Innal huda hudallah",
tiadalah yang mampu memberi hidayah kecuali Engkau. Ya Allah ampunilah
segala dosaku dan terimalah taubatku hari ini."
Kejadian
seperti di atas sering terjadi, bahkan mayoritas ustadz itu bertitel
Lc. Hal demikian memberi kita gambaran bahwa manusia takkan bisa lepas
dari bid'ah. Dalam hal ini yang dimaksud adalah bid'ah hasanah. Semoga
bermanfaat.
No comments:
Post a Comment