Monday, December 22, 2014

Menjaga Aqidah (2)

1 comment:

Apakah kita menyebut Nabi Isa itu Nabi, bukan Tuhan, lalu kita menodai agama Kristiani? Ga banget. Itu kan ajaran kita.
Al Baqarah ayat 256 misalnya, menyebut itu. Bahwa Nabi Muhammad tidak mengajarkan untuk menjadikan malaikat dan nabi-nabi sebagai arbaabaa… sebagai Tuhan.
Al Baqarah ayat 256 
Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat. Barang siapa ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya dia telah berpegang (teguh) kepada buhul tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. (Q.S. 2: 256)
Laa ikrooha fiddiin. Tidak ada paksaan dalam menyeru orang menjalankan agamanya, atau sebaliknya meningalkan ajaran-ajaran agamanya.
Pemaksaan bagi muslimah tersebut untuk meninggalkan ajaran agamanya, dan pemaksaan berupa pencegahan muslimah tersebut menjalankan agamanya. Atau ga dilarang. Tapi tertangkap pesan-pesan itu, maka ini pun ga boleh. Ga elok. Bersaudara itu lebih baik. Dan siapa yang harus lebih disiplin? Kita.

Baca selanjutnya...

Menjaga Aqidah

No comments:

Persoalan jangan ngucapin selamat Natal, asli. Ini soal akidah. Kawan-kawan jangan anggap enteng. Juga tentang pemakaian atribut-atribut Natal. Beberapa ulama yang hati-hati, malah menghukumnya bukan haram, tapi sudah jatuh kepada kafir. Nah, untuk yang masih debatable, bukannya sebaiknya kita hindari?
Orang Kristiani, Budha, Hindu, dan lain-lain adalah kawan kita, saudara kita, yang mereka pun ga akan disebut tidak toleran, gara-gara ga ikut shalat Jum’at.
Kenapa? sebab udah jelas bedanya. Dan oke-oke aja. Oke banget jika kawan-kawan yang beda agama, lalu ga ikutan shalat Jum’at dan ibadah-ibadah Islam lainnya.
Ketika apa? ketika mereka ga ngucapin selamat hari raya Idul Fitri. Ya. Ketika mereka ga ngucapin selamat hari raya Idul Fitri, kan ya gapapa juga. Maka demikian pula kita. Itu tidak akan jatuh kepada merusak kerukunan umat beragama, gara-gara ga ngucapin dan ga pake atribut. Jika sebaliknya? Justru akan menyakiti dan menodai. Dalam jangka panjang, ga bagus untuk banyak hal.
Andai kawan-kawan adalah pimpinan perusahaan, jangan paksa mereka pake jilbab. Padahal mereka bukan muslimah. Apalagi kalo dia laki-laki, he he he. Jangan.
Tapi bila saudara pimpinan perusahaan, atau kawan dari kawan yang non muslim, boleh ga dakwah ke dia? Boleh banget. Dengan kesantunan dan etika. Dengan akhlak.

Baca selanjutnya...

Kambing dan Sapi

No comments:


Teringat kisah kambing dan sapi. Dua-duanya nyaman ada di rumput yang sama, tanpa perlu kambing jadi sapi, dan sebaliknya.
Agar dianggap kawan sapi, kambing nyamperin sapi. Lalu kambing bersuara: ngoooooooo…. He he he, sapinya malah bingung.
Ngedenger kambing bilang ngoooo… sapi ngimbangin, jawab: mbeeeeeeee… Kerbau yang denger, senyum…
“Elo elo berdua sehaaatt?”
Ga perlu begitu juga gapapa yang penting damai dan tentrem. Nyari makan dan makan rumput di tempat yang sama. Kambing, tetep, mbeeee… Sapi, tetep, ngoooo..
Banyak jalan untuk bisa hidup bersisian, berdampingan. Asli banyak cara. Termasuk untuk saling mengasihi, peduli, saling mengisi.
Panduan dari saya, jelas. Terhadap pendapat lain, saya jauh-jauh hari menyuruh, hormati yang beda pendapat. Dan jalankan yang diyakini.
Analogi “kambing dan sapi” ini bukan orisinal dari saya. Tapi dari salah satu pimpinan kristen atau seorang pastor saat duduk bareng. *kalem.
Dan suasananya saat kami-kami bicara, positif sekali. Knowing each other. Dan saya ngaminin rasional logikanya.

Sumber :  KH. Yusuf Mansur
 
back to top